Syeikh Ibnu Atha’illah mengungkapkan;
Syeikh Abu Al-Hasan Al-Syadzili r.a. didatangi beberapa fukaha (para ahli fikih) dari kota Iskandariyah. Mereka datang untuk menguji Syeikh.
Beliau mencermati semua dari mereka lalu bertanya; “Wahai fakih, apakah kalian menunaikan solat?”
Mereka menjawab: “Ya Syekh, mungkinkah ada di antara kami yang tidak solat?”
Sang Syeikh menegaskan;
Maha Benar Allah di atas firman-Nya yang agung;
“Sesungguhnya manusia itu dijadikan bertabiat resah gelisah (lagi bakhil kedekut); Apabila ia ditimpa kesusahan, dia sangat resah gelisah; Dan apabila ia beroleh kesenangan, ia sangat bakhil kedekut; Kecuali orang-orang yang mengerjakan solat.” (Surah Al-Ma’rij : Ayat 19-22)
“Nah, apakah keadaan kalian seperti itu? Jika mendapat musibah, kalian tidak gelisah dan kalau mendapat kebaikan kalian tidak kedekut?”, mereka terdiam.
Lalu beliau melanjutkan lagi; “Kalau begitu, kalian belum solat !”
Kisah yang disampaikan oleh Ibnu Athaillah dalam ungkapan hikmahnya ini menegaskan manfaat solat. Selain mencegah perbuatan keji dan mungkar, solat juga menjadi ubat bagi hati agar tidak gelisah dan resah, serta selalu redha kepada Allah.
Sebab, hati orang yang solat selalu terhubung kepada Allah. Ia tidak meminta kepada selain Dia, tidak takut kepada selain Dia, serta selalu memuji Allah, saat senang mahupun susah.
Jika mendapat musibah, dia mengucap ‘inna lillah wa inna ilayhi raji’un‘. Dia menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Kerana, segala sesuatu itu berada di tangan-Nya.
Apabila Allah menganugerahinya nikmat, dia memberikan kepada fakir miskin apa yang menjadi hak mereka. Dia menunaikan zakat dan bersedekah di jalan Allah. Semua itu dilakukan untuk meraih redha Allah SWT.
Syeikh Ibnu Atha’illah, Kitab Taj Al-‘Arus