Kisah Sayyidina Abu Bakar Dipatuk Ular

Sebak rasa hati tatkala mengingatkan kisah Sayyidina Abu Bakar sewaktu dipatuk ular di Gua Tsur sewaktu beliau menemani dan melindungi Baginda Rasulullah SAW berhijrah dari Mekah ke Madinah.

Di gua Tsur wajah Abu Bakar pucat lesu. Langkah kaki para pemuda Quraisy tidak lagi terdengar. Dari celah gua ia mampu melihat para pemburu itu berada di atas kepalanya.

Ketika itu Abu Bakar berbisik pada Rasulullah SAW; “Wahai Rasul Allah, jika mereka melihat ke kaki-kaki mereka, sesungguhnya mereka pasti melihat kita berdua”.

Rasulullah memandang Abu Bakar penuh makna.

Rasulullah SAW menepuk perlahan bahu sahabatnya itu sambil berkata; “Janganlah engkau sangka kita hanya berdua. Sesungguhnya kita bertiga, dan yang ketiga adalah Allah, yang menggenggam segala kekuasaan”.

Abu Bakar menjadi tenang mendengar kata dari Rasulullah SAW. Ketika itu beliau sama sekali tidak mengkhuwatirkan keselamatannya, Ia hanya memikirkan soal keselamatan Rasulullah, bagaimana nasib Madinah jika kehilangan Rasulullah, bagaimana dunia tanpa benderang penyampai wahyu.

Sungguh,
Ia tidak gentar dengan tajam mata pedang para pemuda Quraisy.

Sungguh,
Ia tidak gentar runcing anak panah yang akan menembusi setiap inci tubuhnya.

Hanya yang beliau risaukan, mereka membunuh Rasullullah.

Berdua mereka berhadapan, dan sepakat untuk bergantian berjaga. Abu Bakar memandang wajah syahdu di depannya dalam hening. Setiap guratan di wajah indah itu ia perhatikan nampak keletihan yang mendera setelah menempuh perjalanan jauh dan diburu orang Quraisy , Nabi Muhammad lalu tertidur di pangkuan Abu Bakar.

Dalam senyapnya malam, wajah Abu Bakar muram. Ia teringat perlakuan orang-orang Quraisy yang memburu Rasulullah SAW seperti memburu haiwan buruan.

Sebuah senyuman mekar di wakahnya dan hatinya berbunga mekar dengan begitu semerbak; “Selama hayat di kandung badan, daku Abu Bakar akan selalu berada di sampingmu Ya Rasullullah untuk membelamu dan tidak akan membiarkan sesiapapun menganggumu”.

Sewaktu memikirkan keselamatan Rasulullah itu, secara tiba-tiba seekor ular perlahan mendatangi kaki Abu Bakar yang terjulur.

Abu Bakar menatap ular itu dengan waspada. Ingin sekali ia menarik kedua kakinya untuk menjauh dari haiwan berbisa itu. Namun, keinginan itu diendahkannya dari benak fikiran, Kerana tidak ingin ia mengganggu tidur Rasulullah yang waktu itu sedang nyenyak ketiduran kerana keletihan.

Bagaimana mungkin, ia sanggup membangunkan kekasih yang sangat keletihan itu. Dan ketika ular itu dekat dengan kaki Abu Bakar , ia menggigit pergelangan kaki Abu Bakar namun, Abu Bakar tetap sahaja tidak bergerak sedikitpun walaupun ketika itu merasa teramat sakit.

Setelah itu, ular itu pergi setelah beberapa lama. Dalam keheningan malam itu, sekujur tubuhnya terasa panas. Bisa ular segera menjalar seluruh saraf tubuhnya dengan cepat.

Abu Bakar menangis dalam diam menahan sakitnya bisa ular tersebut. Akibat kesakitan yang tidak tertanggung, tanpa sengaja air matanya menitis jatuh mengenai pipi Baginda Rasulullah yang baring di ribanya.

Rasulullah lalu terjaga dari tidurnya setelah air mata yang menitis di pipi Abu Bakar menyentuhnya.

Lalu ketika itu Rasulullah melihat Abu Bakar yang sedang menangis dan bertanya; “Wahai Sahabatku , apakah engkau menangis kerana menyesal mengikutiku?”

“Tentu sahaja tidak Ya Rasulullah. Saya redha dan ikhlas mengikutimu ke manapun”, kata Abu Bakar dengan suara yang menahan kesakitan. Seboleh mungkin ia berusaha menyembunyikan kesakitan itu dihadapan Rasulullah.

“Lalu gerangan apakah engkau menitiskan air mata?”, tanya Rasulullah

Abu Bakar pun tidak sanggup menipu Rasulullah dan berkata; “Tadi ada seekor ular mendatangi kakiku dan lalu ia mematuk. Bisanya itu menjalar begitu cepat ke tubuhku Ya Rasulullah.”

Rasulullah menatap Abu Bakar penuh kehairanan, dan berkata; “Mengapa engkau tidak menghindarinya ketika ia mendatangi kakimu?”

Abu Bakar menjawab; “Saya khuwatir akan membangunkanmu dari tidur.”

Saat itu air mata bukan milik Abu Bakar saja yang menitis. Mendengar jawapan Abu Bakar itu, mata Baginda Rasulullah turut berkaca dan mengalir air mata di pipinya lalu berkata;

“Sungguh bahagia, aku memiliki seorang sahabat sepertimu wahai Abu Bakar. Sesungguhnya Allah sebaik-baik pemberi balasan”.

Tanpa berlengah, Rasulullah memegang pergelangan kaki Abu Bakar yang digigit ular. Dengan mengagungkan nama Allah, Rasulullah SAW mengusap bekas gigitan itu dengan ludahnya. Dengan izin Allah rasa sakit itu sudah hilang serta merta.

Rasulullah menyuruh Abu Bakar beristirahat dan tidur dipangkuannya. Namun Abu Bakar menolak pelawaan Rasulullah itu. Dia akan ia rela membebani kaki orang yang sangat dicintainya itu.

Allahu Akbar,
Demikianlah sebuah kisah persahabatan dan pengorbanan Abu Bakar kepada Rasulullah S.A.W ketika menempuhi liku perjalanan menuju ke Madinah.

Ya Abu Bakar,
Sungguh hebat cintamu kepada Baginda Rasulullah !

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s