Membuka Mata Hati

matahati

Menurut Ibnu Athoillah manusia mempunyai 2 mata, iaitu Mata ZAHIR dan Mata BATIN.

Mata Zahir berfungsi untuk melihat hal-hal yang sifatnya fisik, sedangkan mata batin berguna untuk melihat hal-hal metafisik.

MATA ZAHIR termasuk dalam susunan tubuh manusia yang terbentuk dari susunan daging dilindungi oleh tulang dan rambut yang berada di bagian muka manusia. Dalam proses mencari kebenaran mata Zahir berfungsi untuk membuktikan suatu kebenaran dengan cara dilihatnya atau disaksikan dengan mata Zahir.

Itu adalah salah satu fungsi dari mata Zahir untuk membuktikan kebenaran sebuah pernyataan. Mata zahir tidak akan berfungsi bila mata tersebut sedang sakit dan tidak ada pencahayaan, bila tidak ada cahaya maka ia tidak akan dapat melihat apa-apa.

Fungsi mata sangat dipengaruhi oleh kesihatan tubuh dan pencahayaan terhadap objek yang dilihat. Mata hati adalah mata yang terdapat dalam hati, hati di sini bukan hati segumpal daging yang ada di dalam tubuh manusia, hati di sini bersifat metafisik yang tidak dapat diuraikan secara fisik, hati dan mata hati termasuk dalam hal-hal perkara ghaib. Ibnu Athoillah mengistilahkannya dengan ‘Latifah Rabbaniyah‘ atau hal-hal yang menjadi Rahsia Tuhan.

MATA HATI berfungsi untuk melihat perkara-perkara yang ghaib atau perkara yang tidak mampu diuraikan dengan fisik. Mata hati di istilahkan oleh Ibnu At-Thoilah dengan ‘Basirah‘. Apabila mata hati sihat maka ia dapat melihat Keagungan Tuhan dan bisa mendekatkan hati dengan Tuhan, mata Zahir berguna untuk melihat fakta sedang mata batin melihat makna di sebalik fakta.

Objek di dunia ini dapat dilihat dari 2 sisi, sisi zahiriyah dan batiniyah, misalnya bila kita melihat gula maka kita melihat butiran yang berwarna putih, lalu butiran itu diletakan di lidah, maka akan terasa bahwa benda itu berasa manis, ketika kita merasakan kemanisan gula itu merenungkan seolah-olah kita memandang sesuatu yang tidak ada di hadapan mata kita. Proses merenungkan itu adalah kerja mata hati dalam memandang sesuatu, mata hati memberikan fakta bahwa gula adalah butiran putih dan mata hati memberi makna manis, jadi gula itu adalah manis, kata manis tidak dapat di gambarkan dengan sesuatu yang materi, ketika mata zahir melihat pedang maka mata hati memberi makna tajam, ketika mata zahir melihat garam mata batin memberi makna masin, mata hati yang hanya mampu memberikan makna gula itu manis, pedang itu tajam, garam itu masin, mata hati seperti ini masih dikatakan sebagai mata hati yang buta, mata hati yang terbuka adalah mata hati yang mampu melihat keagungan Tuhan disemua benda yang dilihat.

Kekuatan mata hati tergantung dari kesihatan hati itu sendiri apabila hatinya sihat maka mata hati akan semakin kuat menyaksikan hal-hal yang sifatnya ghaib, mata hati juga tidak akan berfungsi jika tidak ada cahaya yang meneranginya, cahaya mata hati adalah ketika hati selalu dihadapkan kepada Allah SWT dan selalu berinteraksi dengan petunjuk Allah iaitu Al-Quran dan Hadis.

Yang menutup mata hati untuk menyaksikan keghaiban adalah nafsu, maka untuk membuka mata hati terlebih dahulu kita harus menundukkan nafsu kepada Allah.

Kekuatan mata hati ada beberapa tingkatan:

TINGKAT PERTAMA, mata hati yang melihat Keagungan Allah di setiap objek yang dilihat oleh mata zahir, ketika melihat bunga maka ia tidak hanya takjub dengan melihat bunga tersebut tetapi akal dan fikirannya langsung bertafakur mengenai Keagungan Allah dalam menciptakan keindahan di alam dunia maka tatkala ia merenung ia akan merasa kecil di hadapan Allah dan selalu mengucapkan Subhanallah ketika melihat kejadian-kejadian di alam dunia. Mata zahir melihat fakta mata batin memberikan makna terhadap apa yang dilihat oleh mata zahir dan itu tergantung dari kesihatan hati manusia, semakin sihat maka ia akan mendapatkan makna semakin dalam sampai kepada sebuah hakikat dari alam semesta, mata hati tidak mampu menguraikan secara materi apa yang disaksikan oleh mata hati, maka ia memerlukan sebuah perumpamaan untuk menguraikan makna, seperti makna hakikat dunia menurut mata hati bahwa dunia itu adalah bagaikan seorang nenek tua yang sedang berhias sedangkan tubuhnya banyak ulatnya.

TINGKAT KEDUA, mata hati yang terbuka dan mendapatkan cahaya hidayah dari Allah, akan mampu menyaksikan dengan keimanan tentang alam setelah jasad dan roh memisahkan, dia meyakini bahwa ada alam setelah alam dunia ini, iaitu alam kubur, Padang Mahsyar, hari pembalasan dan sebagainya.

TINGKAT KETIGA, apabila mata hati semakin kuat dan hati semakin bersih maka ia akan memahami tentang alam keabadian iaitu alam akhirat, kematian di dunia adalah awal dari sebuah perjalanan alam keabadian.

Kematian hanya memisahkan jasad dan roh manusia, roh manusialah yang nantinya akan menghadap Allah untuk mempertanggungjawabkan semua amal yang dilakukan di dunia, ahli maksiat tidak akan bisa selamat dengan kematian dan ahli taat tidak akan kehilangan pahala dengan kematian, kerana kematian adalah sebuah awal perjalanan menuju alam keabadian iaitu Akhirat.

Mata hati yang terbuka akan selalu merasa dilihat oleh Allah itu disebabkan kerana keyakinannya yang sangat kuat akan keberadaan Allah, kerana keyakinannya tersebut maka jiwa akan tunduk pada Allah, apapun yang Allah katakan dalam wahyunya akan ia laksanakan dengan sepenuh hati termasuk meyakini semua ketentuan Allah yang Allah sudah diatur.

Hidupnya tidak akan dirisaukan oleh perkara dunia seperti rezeki, kekayaan, harta, jabatan, pasangan hidup, dan lain-lain, dia menyadari bahwa posisi di dunia hanya sebagai seorang hamba, yang ia lakukannya hanyalah beribadah, semua tindakan di alam dunia ini ia lakukan atas dasar ketaatan kepada Allah, dan ia tidak akan mengusik fungsi Allah sebagai Maha Pengatur kehidupan, termasuk pengaturan rezeki, bila ia ditakdirkan menjadi orang kaya maka ia akan bersyukur dengan menggunakan kekayaanya itu di jalan Allah, apabila ia ditakdirkan menjadi orang miskin maka ia tidak akan mengeluh ia akan menjadi orang yang bergembira dalam kesabarannya, ia akan selalu gembira seperti gembiranya seorang kekasih yang sudah lama berpisah akhirnya bertemu, dalam kemiskinan ia akan lebih taat dan dalam kejayaan ia akan semakin taat.

Miskin dan kaya hanyalah pemberian yang diberikan Allah kepada manusia. Tidak ada yang Allah bedakan, yang menjadi ukuran bagi Allah adalah ketaqwaan hamba-Nya. Orang-orang seperti inilah yang dijamin rezekinya oleh Allah.

“Dia-lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezeki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah).” (Q.S Al-Mu’min ayat 130)

Seorang hamba yang mata hatinya terbuka maka ia tidak akan dirisaukan oleh rezeki yang ia dapatkan, baik banyak atau sedikit rezeki yang ia terima tetap ia akan bersyukur pada Allah, kerana baik banyak atau sedikit rezeki yang diterima oleh manusia tetap semua itu milik Allah dan akan dikembalilkan kepada Allah, maka hidupnya akan selalu tenang, dia tahu kemana ia harus melangkah dan apa yang harus ia lakukan kerana semuanya sudah tercantum dalam Al-quran dan contoh pelaksanaanya sudah ada dalam sosok Rasulullah, ia hidupnya hanya untuk ibadah.

Semua aspek kehidupannya akan tertuju kepada Allah, dia Solat kerana Allah, zakat kerana Allah, bekerja kerana Allah, berkeluarga kerana, ingin redha Allah, semuanya untuk Allah. Kalau semuanya untuk Allah buat apa ia risau dengan sedikitnya rezeki, buat apa ia berlaku tidak jujur sedangkan ia meyakini bahwa Allah Maha Melihat, buat apa ia iri dengan orang yang hartanya lebih banyak dari dia, banyak sedikitnya harta itu semua milik Allah.

Berbeza dengan orang-orang yang dibutakan mata hatinya, kerana ia hanya melihat dengan mata zahir maka ukuran hidup pun hal-hal yang materi, apa yang membuat ia bahagia adalah hal-hal yang sifatnya materi, seperti banyaknya harta, kuatnya kuasa, wanita atau lelaki yang bagus rupa, segala usaha akan ia lakukan untuk mendapatkan kebahagian, berbuat tidak jujur, seperti korupsi, kolusi itu dilakukan untuk memenuhi hasrat dunia.

Apabila ia mendapatkan harta maka ia akan menjadi sombong dengan harta tersebut, dan ia akan tidak tenang dengan hartanya tersebut, ketakutan akan kehabisan harta sangat menghantui dirinya, bila mana hartanya habis maka ia akan merasa tekanan. Begitulah jika kita meletak kebahagian itu pada dunia, menghamba diri pada dunia!

#AbuAdam

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s