Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Kahfi Ayat 19-20

tulisan-arab-alquran-surat-al-kahfi-ayat-19-20

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Nukilan ini ku khususkan buat diri dan keluargaku sendiri serta sekalian sahabat disekelilingku agar bersama mendekatkan diri kepada PenciptaNya. Sesungguhnya harta benda itu hanyalah perhiasan dunia dan “Sesungguhnya di sisi Allah itu tempat kembali yang lebih baik”

“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: ‘Sudah berapa lamakah kamu berada [di sini]?’ Mereka menjawab: ‘Kita berada [di sini] sehari atau setengah hari.’ Berkata [yang lain lagi]: “Rabbmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada [di sini]. Maka suruhlah salah seorang di antaramu pergi ke kota dengan membawa wang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih suci, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun. (Surah Al Kahfi : Ayat 19)

Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melemparmu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian, niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.” (Surah Al Kahfi : Ayat 20)

Allah berfirman, sebagaimana Kami telah menidurkan mereka, maka Kami bangunkan mereka dalam keadaan badan, rambut, dan kulit mereka tetap sihat. Mereka tidak kehilangan sedikit pun dari keadaan dan kondisi mereka setelah berlangsung selama tiga ratus sembilan tahun.

Oleh karena itu, di antara mereka saling bertanya, kam labits-tum (“Sudah berapa lamakah kamu berada [di sini]?”) Maksudnya, berapa lama kalian tertidur di sini? qaaluu labitsnaa yauman au ba’dla yaumin (“ Mereka menjawab: ‘Kita berada [di sini] sehari atau setengah hari.”)

Hal itu, karena mereka masuk ke gua pada permulaan siang dan bangun pada akhir siang. Oleh kerana itu, mereka mendapati keadaan itu seraya berkata, au ba’dla yaumin qaaluu rabbukum a’lamu bimaa labits-tum (‘Atau setengah hari.’ Berkatalah [yang lain lagi], ‘Rabbmu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada [di sini].’”)

Maksudnya, Allah yang lebih mengetahui apa yang kalian alami. Seolah-olah pada diri mereka dihinggapi semacam keraguan kerena tidur mereka yang cukup lama, wallahu a’lam.

Kemudian mereka beralih kepada apa yang lebih penting untuk urusan mereka pada saat itu, yaitu keperluan mereka pada makanan dan minuman, di mana mereka berkata, fab’atsuu ahadakum biwariqikum (“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa wang perak mu ini.”)

Kata “waraqah” berarti wang perak. Hal itu, kerana mereka telah membawa beberapa wang dirham dari rumah mereka untuk memenuhi keperluan mereka. Kemudian mereka bersedekah, hingga masih ada sisa di tangan mereka. Oleh karena itu, mereka berkata, fab’atsuu ahadakum biwariqikum ilal madiinati (“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa wang perakmu ini.”) Yakni, kota yang kalian telah pergi darinya. Fal yandhur ayyuHaa azkaa tha’aaman (“Dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih suci,”) yakni, makanan yang lebih baik.

Yang demikian itu adalah seperti firman Allah berikut ini:

“Sekiranya bukan kerana kurnia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun dari kamu yang bersih selama-lamanya.” (An-Nuur: 21).

Dari kata itu pula [zakat], muncul lah kata az-zakat yang membersihkan dan menyucikan harta kekayaan.

Firman-Nya: wal yatalath-thaf (“Dan hendaklah dia berlaku lemah lembut.”) Yakni, dalam pergi dan pulangnya, dalam berbelanja dan dalam menyembunyikan dirinya, dan hendaklah ia berusaha semaksimal mungkin untuk bersembunyi. Walaa yus’iranna (“Dan jangan sekali-kali menceritakan,”) yakni, memberitahukan, bikum ahadan innaHun iy yadh-Hiruu ‘alaikum yarjumuukum (“Perihal kamu kepada seorang pun.

Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melemparmu dengan batu.”) iaitu, jika mereka mengetahui tempat kalian. Yaarjumuukum au yu’iiduukum fii millatiHim (“Niscaya mereka akan melemparmu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka.”)

Yang mereka maksudkan adalah para pengikut Daqyanus. Mereka takut para penganut Daqyanus mendapati tempat mereka. Karena mereka akan terus disiksa oleh penganut Daqyanus dengan berbagai siksaan sampai mereka kembali kepada agama mereka semula atau kalau tidak, harus mati. Dan jika kalian setuju untuk kembali kepada agama kalian semula, maka tidak ada keberuntungan bagi kalian di dunia dan tidak juga di akhirat.

Oleh karena itu, Allah berfirman: wa lan tuflihuu idzan abadan (“Dan jika demikian, niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.

Demi Yang Maha Esa, saya menyakini bahawa Kitab Suci Al Quran merupakan kitab agung yang menyimpan pelbagai maklumat secara tersirat mahupun tersurat

Semoga segala peringatan yang hadir dalam kitab suci ini mampu mendekatkan kita kepada PenciptaNya juga meningkatkan daya usaha untuk mencapai kerohanian yang tinggi demi destinati terakhir yang diidamkan setiap umat Muhammad SAW.

Maka terbuktilah emas dan perak merupakan matawang yang sebenar serta penyimpan nilai yang terbaik. Walaupun usianya melebihi 300 tahun, Maha Suci Allah yang menciptakan logam mulia ini tetap utuh, teguh dan masih bernilai biarpun di telan zaman.

Ayuh gunakan akal fikiran dan mata hati kita agar menyakini kehebatan memilikinya tanpa sebarang keraguan yang mencengkam diri.

 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s